BEDAH DAN DISKUSI NOVEL PETRA
KARYA YOSS GERARD LEMA
PERSAINGAN BERKARAKTER
SEMESTER VD & SMAK ST. PETRUS
NOPEMBER 2012
Biografi
Pengarang
Penulis novel Petra
adalah salah seorang sastrawan NTT bernama Yoss Gerard Lema Lahir di Larantuka, Flores Timur, NTT. Beragama
katholik. Ayahnya bernama Yohanes Lema
seorang pensiunan polisi. Ibunya bernama Helena Teu Lema. Isteri bernama Bernadethe Trisari Kore dan anak: Magdalena President Venuz Venezea Lema. Pendidikan
terakhir pada Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang (1989).
Yoss Gerard Lema aktif menulis dan membaca puisi di kampus,
serta menulis naskah drama. Pada tahun 1991 di Viqueque, Timor Leste (dulu
Timor Timur) sempat mementaskan dua naskah drama berjudul: Viqueque 1959 dan
Merah Putih - Merah Putih, semuanya bernafaskan perjuangan integrasi. Novel
”PETRA Southern Meteor” merupakan novel pertamanya yang ditulis pada tahun
2006.
Karya-karyanya:
- Petra (2006)
- Ziko dan Nina (2008)
- Gayuuuz (2008)
Penghargaan yang telah diterima antara
lain:
- Juara lomba penulisan HIV/AIDS yang diselenggarakan oleh YP3Y Yogyakarta dan meraih tiket mengikuti konferensi AIDS se-Asia Pasifik di Chiangmai, Thailand, 1995.
- Juara lomba penulisan KB tingkat Propinsi Timor Timur dan meraih tiket studi banding tentang Banjar di Bali, 1996.
Pada
1991 bekerja sebagai PNS di Viqueque, Timor Timur (sekarang Timor Leste). Akhir
1992 berhenti dari PNS dan bekerja sebagai wartawan HU Pos Kupang. Pada tahun
1993 bersama Valens Doy (alm) ikut mendirikan HU Suara Timor di Dili. Tahun
1995 menjadi redaksi pelaksana harian umum tersebut. Selama di Dili sempat
menjadi koresponden Harian Bisnis Indonesia.
Pada tahun 2004 melakukan perjalanan
jurnalistik ke Jerman tentang listrik tenaga surya dan listrik tenaga
angin. Juga berkunjung ke Belanda, Perancis, Belgia, Monaco, Vatikan dan
Italia.
Latar
Belakang Penulisan Novel Petra
Sesungguhnya
generasi berlanjut NTT bisa menorehkan sejarah dan bersaing dengan siapa saja
baik di tingkat nasional maupun internasional. Banyak pemimpin modern yang
konon lebih beradab, lebih manusiawi dan cerdas, ternyata masih mengandalkan
kekerasan dan senjata. Agama kini sering hanya dijadikan alat komoditas,
perdamaian hanya sekedar retorika, dan kejujuran hanyalah formalitas belaka. Dari
titik inilah lahirnya novel Petra.
Petra tokoh sentral dalam novel tersebut
dijadikan ilham bagi kita agar perlu menyusun skenario masa depan untuk
mewujudkan dunia yang damai dan layak untuk tinggal, dihuni dan didiami penuh kenyamanan
Sinopsis
Novel Petra
Petra, adalah gadis berdarah
campuran. Ibunya berasal dari Pulau Jawa yang masih memiliki campuran darah Australia
dan West Timor. Ayahnya dari Flores turunan Portugis. Ayah Petra seorang
pengusaha perkebunan kopi dan peternakan, sedangkan ibu Petra adalah seorang
dokter. Keluarga ini rajin berdoa dan mengikuti ibadah di gereja. Saat berumur
5 tahun, Petra mengalami ‘koma’
beberapa jam akibat demam tinggi. Petra adalah anak tunggal dan hidup bersama
kedua orang tuanya di Timor Tengah Utara (TTU), di sebuah lokasi yang dikenal
dengan nama Timor Oriental City. Petra lahir di Dili, 17 juni 1998 adalah siswi
SLTA pada Lembaga Pendidikan Santa Bernadethe, sebuah lembaga pendidikan
bertaraf internasional, yang dilengkapi dengan fasilitas yang canggih. Setiap
siswa pada lembaga pendidikan tersebut diwajibkan menguasai 6 bahasa asing
yakni: Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Mandarin dan Rusia. Selain menguasai
keenam bahasa tersebut Petra juga menguasai bahasa Tetun (bahasa Timor Leste).
Lembaga pendidikan itu didirikan oleh seorang biarawati, Suster Helena Buytteu
seorang doktor yang berpengalaman dalam dunia pendidikan di berbagai benua.
Pada acara pesta Ulang Tahun Petra
yang ke-17, Suster Helena datang bersama tiga orang tamunya dari Australia, salah
satunya adalah Steven Lowe seorang pakar pertanian yang melakukan penelitian di
daerah itu selama 6 bulan. Saat memperkenalkan diri Steven Lowe mengundang
Petra untuk berdiri bersamanya, dan memberikan sekumtum mawar kuning kepada
Petra. Malam itu Petra jadi sulit tidur. Bayangan Steven melekat dalam
ingatannya, keduanya saling jatuh cinta. Saat berkunjung ke kawasan wisata Bastian
Beach, Steven Lowe berkenalan dengan Rini, tante Petra yang kuliah di Jakarta.
Hubungan Steven dan Rini yang semakin akrab menimbulkan rasa cemburu pada diri
Petra.
Suatu ketika Petra diundang sebagai
pembicara dalam sebuah seminar di Kupang oleh Gubernur NTT. Petra membeberkan
konsepnya di sektor pertanian dan menyoroti soal korupsi, hukum, kemiskinan,
pengangguran, busung lapar, HIV/AIDS, dan lain-lain. Untuk memerangi semua ini
Petra melontarkan ide “Peperangan Rohani”, sebagai langkah terakhir menyelamatkan
rakyat di daerah itu. Ide–idenya
disambut aplaus para peserta seminar terutama para tokoh agama, tokoh
masyarakat dan tokoh adat. Petra menjadi buah bibir, dimuat di berbagai media
cetak maupun elektronik.
Atas undangan khusus panitia penyelenggara,
Petra dipilih oleh sekolahnya untuk mengikuti perlombaan ilmiah di Paris. Petra
akan bersaing ketat dengan 8000 peserta dari berbagai negara untuk merebut
hadiah utama senilai satu juta dolar Amerika dan berhak dinobatkan sebagai
Presiden Pemuda Dunia. Sembilan finalis yang menjadi rival Petra di final
seluruhnya lelaki. Partai final ini dimenangkan oleh Petra setelah mengalahkan
saingan terdekatnya dari Amerika dan Irak. Akhirnya Petra dinobatkan menjadi
Presiden Pemuda Dunia oleh Sekjen PBB, Omar Sarif. Sebagai Presiden Pemuda
Dunia tugasnya adalah menyalakan lilin-lilin perdamaian di dada seluruh kaum
muda. Wajah Petra menghiasi halaman depan berbagai media cetak di dunia, ia
dijuluki southern meteor. Sehari
sebelum meninggalkan Paris, Petra dikejutkan dengan kedatangan Steven di penginapannya
Hotel Hilton, merekapun saling melepas rindu.
Sebagai Presiden Pemuda Dunia, Petra
berkantor di Markas Besar PBB di New
York. Petra diminta menanggapi rencana Amerika menyerang negara Amuba. Ia ingin
diberi kesempatan untuk berbicara empat mata dengan presiden Amerika William
Scoth. Pada saat berdansa dengan presiden, Petra membuat kejutan dengan membisikkan:
“Berbuatlah sesuai bisikan nurani, sebab
itulah suara TUHAN. ….Sekiranya malam ini tuan kehilangan dua orang putri
sekaligus, apakah tuan berani?... Tuan mungkin perlu merasakan bagaimana
sakitnya para orang tua dari prajurit-prajurit anda yang gugur di medan perang,
tuan juga perlu menyelami rasa sakit hati jutaan orang yang kehilangan sanak
saudara yang mereka kasihi….” Dengan menyelami kata-kata yang diucapkan
Petra, dan kedua anaknya menderita sakit yang tak diketahui penyebab
penyakitnya, malam itu presiden Amerika membatalkan serangannya ke Amuba.
Penyelesaian segala persoalan ditempuh melalui jalur diplomatik. Pernyataan itu
disambut baik oleh presiden Amuba, Mustafa Kadhafar.
Petra bersama rombongan pemuda manca
negara tiba di Jakarta disambut wakil Presiden Abdullah Malik dan Menpora F.X
Satrio Pininggit. Sebelum berangkat ke Indonesia dalam rangka misi perdamaian, Petra
menelepon tante Rini di Jakarta. Tantenya lagi sakit hati, jengkel, marah dan kesal
dengan Steven Lowe karena diam-diam dia telah menikah dengan Victoria, pacarnya
sejak duduk di bangku kuliah. Katanya Victoria telah hamil jadi dia mesti
mengawininya. Kabar ini membuat Petra shok. Hatinya terasa sakit sekali. Selama
kunjungannya di Indonesia Petra didampingi Satrio Pininggit. Rayuan Satrio Pininggit
meluluhkan hati Petra yang sedang galau, Petra pun jatuh cinta padanya.
Persengketaan antara China dan Taiwan
memuncak. Walau seruan perdamaian datang dari berbagai pemimpin dunia namun
Presiden China Tam Qui Chi sudah kukuh pada keputusannya. Dia telah mengumumkan
rencana menyerang Taiwan satu bulan ke depan. Semua jalur diplomatik buntu. Untuk
menangani kasus ini, Petra mengumumkan bahwa dia akan menikah di Taipeh pada
hari penyerangan China ke Taiwan. Ia memohon kepada Sekjen PBB untuk
mengeluarkan undangan pernikahan kepada semua pemimpin negara di dunia agar
hadir pada hari pernikahannya di Taipeh. Petra akan menikah dengan semua lelaki
yang melamarnya lewat internet. Konsep yang ditawarkan Petra terkesan unik dan
dinilai kontroversial. Petra menamakannya pernikahan Perdamaian. Gagasan ini
disambut meriah kaum muda.
Di tengah kecamuk asmara bersama
Satrio, Petra terkejut dengan kiriman rangkaian mawar kuning yang tidak
diketahui pengirimnya dan sepucuk surat dari Steven. Petra menerima telepon
dari Steven yang mengatakan bahwa dirinya belum menikah. Steven menceritakan
hubungannya dengan Victoria maupun Rini, dan dia akan menikah di Taipeh untuk
mendukung rencana Petra. Sebelum berangkat ke Taipeh untuk melangsungkan
pernikahannya, Petra mengundang Satrio untuk hadir di Taipeh. Namun dengan alasan
kesibukannya Satrio tidak berjanji untuk hadir.
Kedatangan Petra di Taipeh disambut Presiden
Taiwan Hua Zhei Lei dan petinggi militer negeri itu. ‘Ribuan calon suami’-nya
setiap hari datang ke Taipeh, diantaranya Steven. Presiden China tidak
menghiraukan adanya pernikahan perdamaian di Taipeh walaupun dihadiri para
pemimpin dunia, ia tetap melaksanakan rencananya. Petra mengajak semua ‘calon
suami’-nya untuk berdoa dan jangan takut karena mereka gugur untuk perdamaian. Pasangan
ritual perdamaiannya adalah Steven. Pada detik-detik menjelang penyerangan ke
Taipeh, China diguncang gempa 12 skala Richter. Korban nyawa tak terbilang
jumlahnya. Penyeranganpun di batalkan.
Sekembalinya ke Amerika Petra
menerima telepon dari Satrio, bahwa ia akan berkunjung selama tiga hari ke New
York. Di hotel Satrio terkejut melihat Petra sedang bercumbu mesra dengan
seorang pria bule. Petra memperkenalkan Steven kepada Satrio dan menolak cinta
Satrio, karena dianggap lelaki pengecut. Satrio Pininggit kembali ke Indonesia
dengan hati yang luka. Beberapa bulan kemudian Satrio mengundang Petra dan
Steven untuk menghadiri pernikahannya di Bali dengan Nikita seorang model asal
Jepang. Petra dan Steven pun hadir pada upacara pernikahan yang meriah di Nusa
Dua Bali. Kahadiran Petra membuat suasana semakin semarak. Beberapa waktu
kemudian Steven mengajak Petra untuk segera menikah. “Tunggu lima belas tahun lagi’, jawab Petra.
Analisis
Unsur Intrinsik Novel Petra karya
Yoss Gerard Lema
1.
Analisis
Alur Novel Petra
Alur yang digunakan pengarang dalam novel Petra ini adalah alur campuran. Dimana cerita dalam novel ini selain terdapat alur maju yang peristiwanya
berurutan, terdapat juga alur
mundur yang menyorot balik peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau.
Dalam alur maju juga terdapat alur mundur dimana pengarang menceritakan kehidupan tokoh di masa lampau.
Kutipan
Alur Maju:
“Kini mereka sedang bersiap mengunjungi
kawasan wisata Tanjung Bastian Beach. Lokasi wisata itu ada di bibir pantai,
jaraknya sekitar 60 km dari Timor Oriental City. Kendaraan melintasi kawasan
perkebunan kopi yang teduh. Ada juga kemiri dan aneka tanaman berdaun lebar.
Namun setengah jam sesudahnya, pemandangan yang tampak hanya bentangan ilalang
kering kecoklatan. Di sini, gambaran kemiskinan begitu riil. Sore hari mereka
tiba di kawasan wisata itu.” (halaman 74 – 79).
Kutipan
Alur Mundur:
“Suatu ketika, Petra yang baru berusia lima
tahun sakit keras. Gadis kecil itu menderita demam tinggi. Nafas anak itu
tersengal-sengal, beberapa saat kemudian diam, dingin dan kaku. Secara medis
anak itu telah meninggal. Jantungnya tak lagi berdetak, nadi pun tak berdenyut.
Pak Markus memeluk isterinya, meminta tetap tenang. Keduanya berdoa sambil
berurai air mata. Kata-kata yang diucapkan sangat singkat, dikutip dari
penggalan nats kitab suci. Satu jam berlalu, namun tak ada tanda-tanda
kehidupan. Malah sebaliknya tubuh gadis kecil itu sedingin es dan mulai
membiru. Setelah empat jam berlalu sang isteri mulai tak kuat. Tangisnya nyaris
pecah, ketika tiba-tiba dilihatnya kelingking anak gadisnya mulai bergerak. Tubuh
gadis kecil itu tak lagi biru, tampak kemerahan. Bola mata pun terbuka, ada
senyum di bibirnya. Putri mereka sembuh total.” (halaman 54 – 56).
“Sudah lima hari Rini, Yoga dan Dinda berada
di Timor Oriental City. Mereka telah mengunjungi sejumlah objek wisata. Mereka
sangat terkesan saat bertandang ke perkebunan kopi berikut pabriknya, serta
peternakan sapi dan kerbau. Mereka juga mendatangi persawahan penduduk di kaki
lembah.” (halaman 73 – 74).
Alur cerita novel Petra
ini terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap Eksposisi atau perkenalan, tahap pemunculan
konflik, tahap peningkatan konflik, tahap konflik atau klimaks dan tahap penyelesaian
konflik. Rinciannya sebagai berikut:
- Tahap perkenalan (eksposisi), Petra adalah gadis remaja 17 tahun, anak tunggal berdarah campuran Jawa dan Flores. Memiliki latar belakang keluarga yang rajin berdoa dan selalu mengikuti ibadah di Gereja. Petra adalah siswi SLTA di Lembaga Pendidikan Santa Bernadethe. Petra menguasai 6 bahasa asing yakni: Inggris, Perancis, Jepang, Jerman, Mandarin dan Rusia. Selain itu Petra juga menguasai bahasa tetun (Bahasa Timor Leste). Petra memiliki teman-teman yang baik dan penuh pengertian di lembaga pendidikan tersebut.
- Tahap pemunculan konflik, Pada saat pesta Ulang Tahunnya yang ke-17, Petra berkenalan dengan Steven Lowe seorang pakar pertanian dari Australia. Lelaki itu jatuh cinta pada Petra. Suatu ketika Petra diundang sebagai pembicara pada sebuah seminar di Kupang atas undangan Gubernur NTT. Petra melontarkan ide Peperangan Rohani, sebagai langkah terakhir menyelamatkan rakyat di daerah itu. Idenya disambut aplaus para peserta seminar terutama para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat. Petra menjadi buah bibir, dimuat di berbagai media cetak maupun elektronik.
- Tahap Peningkatan Konflik. Petra dipilih oleh sekolahnya untuk mengikuti perlombaan ilmiah di Paris. Petra akan bersaing ketat dengan 8000 peserta dari berbagai negara untuk merebut hadiah utama senilai satu juta dolar Amerika dan berhak dinobatkan sebagai Presiden Pemuda Dunia. Partai final dimenangkan oleh Petra setelah mengalahkan saingan terdekatnya dari Amerika dan Irak. Akhirnya Petra dinobatkan menjadi Presiden Pemuda Dunia oleh Sekjen PBB, Omar Sarif. Sebagai Presiden Pemuda Dunia, Petra berkantor di Markas Besar PBB di New York. Sebelum berkunjung ke Indonesia, Petra mendapat kabar dari Rini bahwa Steven telah menikahi Victoria, pacarnya semenjak kuliah, karena hamil. Saat berkunjung ke Indonesia Petra berkenalan dengan Satrio Pininggit. Lagi galau ditinggal Steven, rayuan Satrio meluluhkan hatinya. Petra pun jatuh cinta pada Satrio.
- Klimaks. Penyerangan Amerika ke negara Amuba sudah ditetapkan waktunya. Penyelesaian lewat jalur diplomatik mengalami jalan buntu. Demikian juga rencana penyerangan China ke Taiwan. Petra sebagai Presiden Pemuda Dunia yang bertugas membawa misi perdamaian, diminta untuk menanggapi persoalan tersebut oleh Sekjen PBB. Sementara memikirkan ide untuk membatalkan rencana penyerangan tersebut, dan ditengah kecamuk asmara bersama Satrio, Petra terkejut dengan kiriman rangkaian mawar kuning yang tidak diketahui pengirimnya dan sepucuk surat dari Steven. Petra menerima telepon dari Steven yang mengatakan bahwa dirinya belum menikah. Steven menceritakan hubungannya dengan Victoria maupun Rini.
- Penyelesaian Konflik. Petra mengunjungi Presiden Amerika untuk bertemu empat mata. Pada saat dansa bersama Presiden Amerika William Scoth, Petra membisikkan: “Berbuatlah sesuai bisikan nurani, sebab itulah suara TUHAN….” Dengan menyelami kata-kata yang diucapkan Petra, dan kedua anaknya menderita sakit yang tak diketahui penyebab penyakitnya, malam itu Presiden Amerika membatalkan serangannya ke Amuba. Pertemuannya dengan Presiden China Tam Qui Chi, tidak membawa hasil positif. Petra mengumumkan bahwa ia akan melangsungkan pernikahannya di Taipeh saat hari penyerangan China ke Taiwan. Pernikahan itu dinamakan pernikahan Perdamaian. Akibat gempa 12 skala Richter di China, China pun membatalkan penyerangannya ke Taiwan. Hubungan asmaranya dengan Satrio akhirnya diputuskan sebab Petra menilai lelaki itu pengecut, karena Satrio tidak berani datang saat diajak ke Taipeh pada hari penyerangan China ke Taiwan. Satrio pun akhirnya menikah dengan Nikita, seorang model asal Jepang. Steven pun mengajak Petra untuk menikah. “Tunggu lima belas tahun lagi,” jawab Petra.
2.
Analisis
Penokohan Novel Petra
Dalam novel ini, pengarang memperkenalkan karakter
tokohnya secara langsung (analitik)
dan juga secara tidak langsung (dramatik). Jadi, dalam novel ini pengarang menggunakan
dua cara tersebut, kutipannya antara lain:
1. Secara Analitik
- Karakter Petra: anggun dan cantik, pembuktiannya ”Mengenakan celana levis, kemeja putih bersepatu hak tinggi. Agak tomboy namun tetap anggun dan cantik” (halaman 30).
- Karakter Bi Ina: setia, pembuktiannya ”si bibi sangat disayang, kesetiannya tidak perlu diragukan.” (halaman 26).
- Karakter Ibu Petra, Nyonya Siska: Penyayang, pembuktiannya ”Ibunya datang bergabung. Ketiganya saling berangkulan. Si ibu mencium putrinya dengan sayang.” (halaman 31)
2. Secara Dramatik
- Karakter Petra: cerdas, pembuktiannya ”Petra sendiri sudah bertandang ke Amerika Serikat, Italia, Jepang, Perancis, Rusia dan beberapa negara di Asia untuk mengikuti aneka lomba kecerdasan. Dia selalu menyabet gelar juara.” (halaman 38).
- Karakter A Ling: humoris, pembuktiannya ”Ya aku dong, mau siapa lagi, ucap Aling membuat Petra terpingkal-pingkal.” (halaman 91).
Karakter tokoh–tokoh yang terdapat dalam novel Petra karya Yoss Gerard Lema antara lain :
- Petra ( tokoh sentral dan protagonis)
a.
Karakter
anggun dan cantik, kutipannya ”Mengenakan celana
levis, kemeja putih bersepatu hak tinggi. Agak tomboy namun tetap anggun dan
cantik” (halaman 30).
b.
Karakter manja, kutipannya ”Dipeluk erat putrinya, Petra pun menggelantung manja di leher ayahnya.”
(halaman 30).
c.
Karakter sopan, kutipannya ”Pak Markus menyalami pasangan pengantin baru itu dengan hangat. Begitu
juga Petra. Gadis itu menyalami pasangan muda itu dengan sopan.” (halaman
63).
d.
Karakter rajin berdoa, kutipannya ”Petra kemudian bersujud di altar kecil di sudut ruangan......... dia
menyalakan lilin di kaki sang Bunda, lalu berdoa.” (halaman 24-25).
e.
Karakter serius, kutipannya ”..... Mana dua-duanya sarjana, sama-sama pintar, sama-sama keren, ucap
Petra dengan mimik serius.” (halaman 65)
f.
Karakter suka melamun, kutipannya ”....... ucap pak Markus mengagetkan Petra yang sejak tadi ngelamun.”
(halaman 38)
g.
Karakter jujur,
kutipannya ”Ya saya suka. Suka sekali,
jawab Petra dengan jujur.” (halaman 194)
h.
Karakter cantik dan berwibawa, kutipannya ”Orang tua itu terhenyak, dia kagum pada
penampilan Petra. Cantik dan berwibawa.” (halaman 200)
- Ayah Petra, Pak Markus (Tokoh pembantu dan protagonis)
a.
Karakter galak, kutipannya ”Akh papa. Mana ada yang berani dekatin Petra. Abis papanya galak begitu,
sela Petra.....” (halaman 35)
b.
Karakter rajin berdoa dan dermawan, kutipannya ”Selain berdoa Pak Markus dan keluarga juga
tertib memberi perpuluhan kepada gereja dan fakir miskin.” (halaman 53)
c.
Karakter penyayang, kutipannya ”Petra menyambut kejutan itu dengan senyum mengembang. Ayah dan ibunya
memeluknya dengan sayang.” (halaman 48)
- Ibu Petra Nyonya Siska, (tokoh pembantu dan protagonis)
a.
Karakter rajin berdoa dan dermawan, kutipannya ”Selain berdoa Pak Markus dan keluarga juga
tertib memberi perpuluhan kepada gereja dan fakir miskin.” (halaman 53)
b.
Karakter penyayang, kutipannya ”Ibunya datang bergabung. Ketiganya saling berangkulan. Si ibu mencium
putrinya dengan sayang.” (halaman 31)
c.
Karakter cantik,
kutipannya ”Kecantikan nyonya Siska belum
benar-benar pudar. Tubuh wanita empat puluhan itu masih ...........”
(halaman 31)
- Bi Ina (tokoh pembantu dan protagonis)
a.
Karakter setia, kutipannya ” si bibi sangat disayang, kesetiannya tidak perlu diragukan.”
(halaman 26)
b.
Karakter suka berdoa dan berpuasa, kutipannya ”Untuk menghasilkan masakan lezat biasanya Bi
Ina melakukan puasa. Berdoa sambil menahan lapar dahaga, akan membantunya lebih
peka dalam meracik bumbu-bumbu.” (halaman 34)
c.
Karakter suka guyon, kutipannya ”Minuman ini tidak ada campuran kimia, diramu sendiri, ujar Bi Ina
dengan gayanya yang selalu penuh guyon.” (halaman 69)
- Suster Helena Buytteu (tokoh pembantu dan protagonis)
a.
Karakter motivator, kutipannya ”Begitu pula ketika Suster Helena menyampaikan wejangan, kata-katanya
melahirkan motivasi .” (halaman 48).
b.
Karakter penuh kasih, kutipannya ”Tuan Gubernur!
Percayalah betapa Tuhan sangat mengasihimu, ucap Suster Helena ...... dengan
penuh kasih.” (halaman 141)
- A Ling, teman Petra (tokoh pembantu dan protagonis)
Karakter
humoris, kutipannya ”Ya aku dong, mau
siapa lagi, ucap Aling membuat Petra terpingkal-pingkal.” (halaman 91).
- Steven Lowe (tokoh pembantu dan protagonis)
a.
Karakter tampan, kutipannya ”Steven Lowe yang terakhir memperkenalkan diri. Pria tampan itu minta
Petra menemaninya.” (halaman 49).
b.
Karakter hormat, kutipannya ”Dengan sikap hormat lelaki itu menyisipkan....” (halaman 59).
- Rini (tokoh pembantu)
Karakter suka membaca,
kutipannya ”Sementara Rini terlihat asyik
membaca di bawah lopo. Sebuah novel. Itu hobinya sejak remaja.” (halaman 69)
- Satrio Pininggit (tokoh pembantu dan protagonis)
a.
Karakter tampan, kutipannya ”Besok malam anda dijadwalkan bertemu Menpora Indonesia, Mr. Satrio
Pininggit.......Menpora anda sangat tampan” ucap sekretarisnya” (halaman
264-265)
b.
Karakter penggoda, kutipannya ”Seandainya kamu jadi pacarku, goda Satrio ketika melihat Petra lebur
dalam ......” (halaman 242)
- William Scoth (tokoh pembantu)
Karakter
wibawa, kutipannya ”Anda meninginkan apa
dariku, anakku, tanya Sang Presiden, suaranya sangat berwibawa” (halaman
209)
- Mustafa Kadhafar (tokoh pembantu dan protagonis)
Karakter tampan
dan berani, kutipannya ”Anda tampan dan
berani Tuan Presiden, jawabnya sambil tersenyum.” (halaman 217)
- Omar Syarif (tokoh pembantu dan protagonis)
Karakter rendah
hati, kutipannya ”Saya adalah seorang
pemuda miskin dari pedalaman Maroko. Tapi lihatlah, si anak miskin itu kini ada
persis di hadapanmu, sebagai Sekjen PBB” (halaman 196)
- Tam Qui Chi (tokoh pembantu dan antagonis)
Karakter
bersikap teguh pada pendirian, “ Sementara
di China rakyat cemas. Mereka berharap perang tidak terjadi, namun tampaknya
sulit dihindarkan. Keputusan Prsesiden China Tam Qui Chi sudah bulat. Perang
harus terjadi.” (halaman 296)
3.
Analisis Latar pada
Novel Petra
Pada novel Petra yang kami telaah ini, terdapat latar antara
lain sebagai berikut:
- Latar tempat
a.
Gereja, ”.... Petra pergi ke gereja mengikuti misa pagi.
Mereka duduk di deretan bangku bagian belakang,.....” (halaman 85)
b.
Kolam, ”Hanya Petra yang mencebur ke dalam kolam dengan
celana jeans pendek dan kaos oblong putih.” (halaman 71)
c.
Pantai, ”Sepasang kekasih berjemur di bibir pantai.”
(halaman 226)
d.
Asrama, ”Malam pertama di asrama Petra begitu gelisah.”
(halaman 91)
e.
Pesawat, ”Singapura Airlines kembali mengudara. .....
Petra duduk bersama sepasang kekasih yang tengah memadu cinta.” (halaman 164)
f.
Paris, ”Petra menikmati keindahan Paris” (halaman 167)
g.
Vatican, ”Ketika beraudiensi dengan Sri Paus di
Vatican.......mengajak Petra berdoa di makam St. Petrus.....” (halaman 221-
222)
h.
Jakarta, ”Petra diarak keliling Jakarta. Luar biasa
sambutannya.” (halaman 222)
i.
Ende, ”Di Ende Petra lagi-lagi dielu-elukan massa.”
(halaman 246)
j.
Larantuka, ”Tiba di Larantuka hari masih pagi..... Petra
berlutut bersama ribuan peziarah.....” (halaman 250 -254)
k.
Pulau Komodo, ” ......Dalam jarak dekat Petra dan rombongan
melihat komodo mengejar rusa.......”(halaman 243 – 244)
l.
New York, ”Tolong bawa saya keliling-keliling lalu ke
Sheraton Hotel...., ujar Petra. Edward sang sopir melajukan kendaraannya
membela kota New York.” (halaman 197)
m.
Taipeh, ”Mereka meninggalkan Taipeh dalam kesempatan
pertama. Namun Petra tetap tenang.” (halaman 288)
n.
Bali, ”Akhirnya hari pernikahan itu tiba. Petra terbang
bersama Steven dan kedua sekretarisnya, Priscilla dan Stefani. Mereka menginap
di Nusa Dua, Bali.” (halaman 331)
- Latar waktu
a.
Subuh. Petra mandi di kolam renang menjelang ultahnya
yang ke-17. (halaman 23 – 31).
b.
Pagi hari. Petra dan ayahnya mengontrol pabrik kopi.
(halaman 56 – 62)
c.
Senja hari. Petra dan ayahnya di peternakan kuda.
(halaman 42 – 44)
d.
Malam hari. Petra berkenalan dengan Steven Lowe. (halaman
47 – 53).
- Latar sosial
Di daerah
kawasan wisata Bastian Beach, penduduk pribumi hidup dalam kemiskinan,
sementara para investor asing menbangun hotel-hotel berbintang yang dilengkapi
dengan berbagai fasiltas diantaranya cassino untuk para penjudi kelas dunia.
4. Analisis Gaya Bahasa pada Novel Petra
Novel Petra
karya Yoss Gerard Lema ini memiliki gaya
bahasa yang kompleksitas, yaitu keanekaragaman gaya bahasa yang digunakan. Gaya bahasa tersebut diantaranya
terdiri dari majas simbolik, personifikasi, metafora, peribahasa, metonimia, asosiasi/perumpamaan, simile, istilah,
kalimat retorika, dan lain–lain. Kutipan gaya bahasa dalam novel ini
diantaranya sebagai berikut :
1. Perpaduan fisiknya bagai pahatan
para maestro. (Simbolik), halaman 23.
2. Tampak tungkai kakinya bagai kaki
belalang kembara. Kaki itu licin bagai porselin. (Perumpamaan), halaman 24.
3. Dan pukulan angin laut yang bertiup
sepoi-sepoi adalah gelinjang alam raya. (Personifikasi), halaman 82.
4. Cemburukah? Dia membayangkan yang
dilakukan Steven dan tantenya. Apakah mereka sedang bercumbu di pub?
(Retorika), halaman 84.
5. Mereka mencicipi bulan madunya
dengan lezat. (Metafora), halaman 83.
6. Gemuruh gelombang laut bagai nafas
perjaka di malam jahanam. (Peribahasa), halaman 82 – 83.
7. Panther itu digunakan Pak Markus
hanya untuk perjalanan jauh. Sementara Jeep Willis tua untuk melayani di
sekitar lokasi pabrik. (Metonimia), halaman 75 – 76.
8. Gadis itu membayangkan dirinya bagai
Juliet dalam kawalan sang Romeo. (Simile), halaman 62.
9. Tak berlebihan jika ada yang
mengatakan jengkal demi jengkal Paris adalah kekaguman. (Hiperbola), halaman
167.
5.
Sudut Pandang Novel Petra
Sudut pandang yang digunakan dalam
novel ini adalah pengarang sebagai orang ketiga, dimana pengarang menempatkan
dirinya di luar cerita. Dalam posisi ini pengarang
menyoroti semua yang dialami oleh semua tokoh dalam cerita
6.
Gaya Penulisan Novel Petra
Novel
ini menggunakan gaya bahasa yang khas dan mudah dimengerti oleh pembaca seakan
membawa si pembaca ikut serta dalam setiap adegan. Sangat menyentuh yang
mengakibatkan setiap peristiwa yang terjadi sangat menarik untuk dibaca. Penuh dengan nuansa religi, unsur
budaya, objek wisata dan nilai sejarah.
7.
Analisis Tema
Novel Petra
Dari masalah
serta peristiwa–peristiwa yang telah diidentifikasi sebelumnya, dan dilihat
dari masalah yang menyebabkan terjadinya konflik atau pertentangan antar tokoh,
tema dalam novel Petra karya Yoss Gerard Lema ini adalah PERDAMAIAN.
Tema ini dirumuskan selain dilihat
dari peristiwa–peristiwa yang telah diidentifikasi dan masalah yang paling
banyak dibicarakan dalam cerita, juga karena hal tersebut yang mendasari
memuncaknya konflik dalam novel ini.
8.
Analisis Amanat
Novel Petra
Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, jadi apa pun
caranya kita harus berusaha, semangat, optimis dan berdoa. Kita jangan pesimis karena
latar belakang kita, kita mampu bersaing dengan siapa saja dalam menyambut masa
depan yang penuh tantangan maha dasyat ini di era iptek menguasai dunia. Kita harus berusaha!
Analisis Unsur Ekstrinsik Novel Petra
1. Judul : PETRA Southern Meteor
2. Pengarang : Yoss Gerard Lema
3. Penerbit : Gita Kasih
4. Cetakan : Pertama Maret 2006
5. Tebal : 336 halaman
6. Kategori : Fiksi dan Sastra / Bacaan
Sastra
7. Unsur Sosial : Diceriterakan bahwa Petra gadis
remaja dari sebuah daerah terpencil
di NTT dapat
bersaing di dunia internasional.
8. Unsur Agama : Novel ini bernafaskan kristen katolik,
dimana tokoh utama sering
melakukan doa kepada Bunda Maria dan setiap
pagi mengikuti misa di gereja.
9. Unsur
Pendidikan : Untuk menggapai cita-cita
kita perlu belajar. Belajar adalah kunci
kesuksesan.
10. Unsur Sejarah : Dalam Novel ini menyebutkan beberapa
tempat bersejarah di dunia
diantaranya kediaman Bung Karno selama pengasingannya di
Ende.
11. Unsur Budaya : Dalam novel ini meceritakan budaya
penduduk Lamalera, Lembata
penangkap ikan paus yang handal dengan cara
tradisional. Begitu pula pasola di Sumba dan tarian Caci di Labuan Bajo.
Kesimpulan
Dari pengkajian yang telah dilakukan,
maka kesimpulan dari novel Petra
karya Yoss Gerard Lema adalah :
- Alur atau plot yang ada dalam novel Petra ini menunjukkan alur campuran, yaitu alur maju dan alur mundur.
- Walaupun pengarang memasang tokoh protagonis perempuan, namun tidak menciptakan dikotomi antara perempuan dan laki-laki. Keduanya adalah patner dan mitra sejajar dalam usaha dan perjuangan menuju perdamaian. Penokohan dalam novel ini disajikan dan ditentukan pengarang dengan cara analitik maupun dramatik.
- Latar atau setting secara material banyak dilukiskan sehingga pembaca sangat mudah untuk mengetahui dimana cerita ini berlangsung. Selain itu pengarang juga menjelaskan tempat – tempat kejadian. Secara sosiologis cerita ini memperingatkan kita bahwa antara tradisionalisme dan modernisasi, antara individualisme dan komunalisme, antara primordialisme dan golbalisasi bukanlah dua kutub yang bertentangan melainkan dinamika dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menuju suatu tatanan dunia baru yang lebih utuh dan padu.
- Majas yang ditampilkan dalam novel ini cukup beragam, yang menonjol dalam hal ini adalah gaya bahasa yang menggunakan majas metonimia, yaitu pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
- Gaya penulisan novel ini menggunakan gaya bahasa yang khas dan mudah dimengerti oleh pembaca seakan membawa si pembaca ikut serta dalam setiap adegan. Sangat menyentuh yang mengakibatkan setiap peristiwa yang terjadi sangat menarik untuk dibaca. Penuh dengan nuansa religi, unsur budaya, objek wisata dan nilai sejarah.
- Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah pengarang sebagai orang ke-3, dimana pengarang menempatkan dirinya diluar cerita. Dalam posisi ini pengarang menyoroti semua yang dialami oleh semua tokoh dalam cerita.
- Persoalan – persoalan yang diangkat menjadi tema cerita adalah Perdamaian. Persoalan utama yang menjiwai persoalan – persoalan lainnya.
- Amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam novel ini adalah di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, jadi apa pun caranya kita harus berusaha, semangat, optimis dan berdoa. Kita jangan pesimis karena latar belakang kita, kita mampu bersaing dengan siapa saja dalam menyambut masa depan yang penuh tantangan maha dasyat ini. Kita harus berusaha!
Kami menyadari
novel ini sebagai cahaya dari timur, cahaya dari tanah tercinta NTT, karena itu
baiklah kita melihat tentang
NOVEL PETRA SEBUAH MODEL PERSAINGAN
BERKARAKTER
Membaca, menyimak dan memaknai novel Petra dengan gaya penceritaan yang khas
unik menyedot perhatian untuk juga membaca ulang tentang pendidikan karakter
yang ramai disuarakan baik melalui media maupun melalui forum-forum diskusi,
ruang-ruang kelas dan sebagainya. Menyimak Petra, tokoh yang penuh mimpi
membangun masa depan dengan kemampuan atau potensi diri yang Tuhan berikan menghantar
kita untuk merefleksi tentang realitas yang ada. Orang muda seperti Petra
menggunakan segala potensi diri untuk mengejar mimpi dan meraihnya. Persaingan,
tantangan, kesulitan entah kultur budaya, kultur pendidikan, lingkungan, sesama
dan sebagainya malah membuat Petra semakin optimis dalam meraih mimpi.
Berhadapan dengan pesaingnya, Petra
menunjukkan sikapnya yang tegar, tidak mau kalah, optimis tetapi cara Petra
bersikap sangat terpuji. Perdamaian selalu menjadi kunci sehingga tantangan
apapun pasti bisa dihadapi. Sikap inilah yang membuatnya menjadi tokoh model
yang perlu dicontoh untuk generasi muda yang hidup di era kompetitif ini. Kalah
bersaing akan runtuh. Menang bersaing akan sukses. Tetapi, apakah semua itu
akan ditempuh, diterima dengan cara yang cerdas seperti Petra? Karakter cerdas
seperti Petra inilah yang harus dimiliki kita sebagai generasi penerus. Kita
punya potensi diri yang tangguh yang mampu untuk bersaing secara sehat, penuh
perdamaian. Tetapi, kenyataan sekian banyak generasi muda yang takut
persaingan, takut tantangan, takut kesulitan sehingga jatuh pada gaya hidup
santai, malas, mental enak, cari gampang, enggan memulai apalagi menemukan
sesuatu yang baru, membuat terobosan baru. Malah, kalah bersaing muncul
tawuran, mabuk-mabukan, saling mengumpat, dendam, dan sebagainya. Barangkali
kita juga termasuk kelompok ini.
Karena iu, kita belajar dari tokoh
idola Petra yang telah berhasil membangun model persaingan berkakarter sekaligus
memperkenalkan kepada dunia bahwa kita anak NTT juga bisa karena kita mampu,
karena Tuhan memberi yang sama untuk setiap manusia ciptaanNya.
Sekian
by : mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2010
Kelak Puisi Menjadi Sebuah Pagi
Sejuk, embun di tiap pucuk huruf membasuh bibirmu,
Ingin kau seka, saya bilang jangan
sebab ia bukan airmata, itu sembab rindu
biarkan menjadi embun
menitik ke degup jantung daun-daun.
Menyegarkan harimu, mendebarkan hatimu
menyebar pendar teduh dimatamu.
Maka ketika kau memandangku
ada pagi begitu abadi.,
Kabut-kabut hari menimpa senja. | aku mau hidup seribu tahun lagi! | Puisi Tentang binatang